Hal-hal unik di Jepang (3)

Posting "Hal-hal unik di Jepang (1)" dan "Hal-hal unik di Jepang (2)", di luar dugaan saya, sangat, sangat populer. Lebih dari 300 total hits dalam sebulan! Here we go, the 3rd trilogy of "Hal-hal unik di Jepang".

  1. Anjing adalah hewan peliharaan yang tidak boleh dibiarkan berkeliaran. Setiap pagi, sore atau malam, sang majikan akan mengantar anjingnya untuk berjalan-jalan. Uniknya, ketika si anjing buang kotoran, sang majikan akan segera MENGAMBIL kotoran2 itu dan memasukkan ke dalam plastik yang sudah disiapkan. Iya, betul... Pemilik anjing di Jepang TIDAK membiarkan kotoran anjingnya tercecer di jalan.  Sampai di level itulah taraf mereka menjaga kebersihan lingkungannya. Saya kira di Indonesia, pemilik anjing malah senang kalau anjing peliharaannya buang kotoran di jalan instead of di rumahnya sendiri.
  2. Di toko swalayan (baik yang besar maupun kecil) tidak ada tempat penitipan barang seperti halnya di Indonesia. Pengunjung bebas membawa tasnya masuk ke dalam tempat belanja. Tidak ada juga pramuniaga yang secara khusus menjaga barang. Bahkan di beberapa toko swalayan yang besar, ada counter khusus di mana pengunjung bisa menghitung sendiri barang2 yang dibeli, membayar dengan kartu debit atau kredit dan membawa pulang barang belanjaannya TANPA ADA kasir! (Saya tidak berani membayangkan kalau sistem semacam itu diterapkan di Indonesia).
  3. Inilah bahan makanan pokok yang termurah yang ada: (a) Susu 1 liter 98 yen. (b) Roti tawar 8 slices 87 yen (c) Telor 10 biji 78 yen (d) Beras 5kg 1.270 yen (e) Cabe kering 100gram 200 yen (f) 5 pack mie instant 198 yen (g) Teh kaleng 200ml 28 yen (h) Minyak goreng 1500gr 348 yen (i) Air mineral 2lt 76 yen (j) Gula 1kg 168yen (k) Burger McD 100yen. Semua harga di atas merupakan harga reguler, bukan harga discount yang hanya sewaktu2 ada. Jadi bahan makanan dengan harga itu bisa dibeli kapan saja. Kalau ada yang punya informasi harga lebih murah, bisa dibagi infonya. :) 
  4. Ketika mahasiswa asing (atau pekerja asing) yang ada di Jepang hendak kembali ke negaranya, maka semua barang-barang elektronik, akan dihibahkan secara GRATIS kepada siapapun yang bersedia menerima. Situasi ini adalah win-win solution, di mana pihak yang hendak kembali tidak perlu membayar untuk biaya pembuangan sampah, dan pihak yang dihibahi tidak perlu membeli barang elektronik baru.  Ini merupakan "transaksi" yang sangat2 umum. Bahkan, mahasiswa asing yang baru tiba di Jepang, jika bisa ketemu dengan orang-orang yang tepat, tidak perlu lagi repot membeli peralatan baru. 
  5. Tidak salah kalau sistem perkereta-apian di Jepang adalah yang terbaik di dunia. Setiap hari minggu, saya beribadah di Gereja Indonesia yang ada di Tokyo (1.5jam dari Chiba) dengan naik kereta. Ada tiga kali transfer. Rute pertama kereta berangkat pk. 13.04 tepat dan tiba Pk. 13.25. Jalan kaki 1 menit untuk pindah ke rute kedua. Di rute ke dua, kereta berangkat Pk. 13.27 tepat dan tiba Pk. 13.56, lalu jalan kaki 3 menit untuk ke rute berikutnya yang keretanya berangkat pk. 13.59 dan tiba Pk. 14.25. Dalam satu setengah tahun terakhir ini, semua kereta berangkat dan tiba dengan tepat, belum pernah ada jadwal kereta yang meleset barang semenit-pun! * keretanya memang nggak telat, saya aja yang bisa telat sampe di stasiun.
  6. Semua Film Amerika (atau film asing) yang masuk dan ditayangkan di televisi (atau bioskop) akan di-dubbing ke dalam Bahasa Jepang. Namun beberapa stasiun televisi (atau gedung bioskop) yang menyediakan fitur bi-lingual sehingga bagi mereka yang merasa nggak seru ndengerkan film asing berbahasa Jepang (seperti saya), tetap bisa menikmati dalam bahasa aslinya.
  7. Di toko-toko buku dan minimarket (yang hampir ada di setiap sudut jalan), selalu ada majalah yang menampilkan pose-pose cewek setengah telanjang (baik asli maupun kartun). Majalah atau komik semacam itu dijual bebas begitu saja. Anak kecil yang diajak orang tuanya berbelanja, juga dapat melihat-lihatnya... 
[End]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Mengurus Visa Korea di Jepang

Day care di Jepang dan keadilan sosial